A. Faktor-Faktor
yang Menggangu Perhatian di Kelas
1. Pengertian
Perhatian
Perhatian
berhubungan erat dengan kesadaran jiwa terhadap sesuatu objek yang direaksi pada sesuatu waktu. Menurut Abu
Ahmadi (2003: 145) perhatian merupakan keaktifan jiwa yang diarahkan kepada
sesuatu objek, baik di dalam maupun di
luar dirinya.
Adapun
perhatian tersebut berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan, dan gejala perhatian
berhubungan dengan fungsi-fungsi jiwa yang lain. Menurut Purwadarminta (KBBI,
2002: 351) perhatian merupakan minat atau hal (perbuatan). Menurut J.S. Badudu
dan Sutan Mohammad Zain (KBBI, 1996: 504) perhatian adalah minat (apa yang
disukai) dan perhatian merupakan kepedulian atau kesiapan untuk memperhatikan.
Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 14) terdapat dua pengertian perhatian. Yang
pertama, perhatian merupakan pemusatan tenaga psikis tertuju kepada suatu
objek. Yang kedua, perhatian merupakan banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai
sesuatu aktivitas yang dilakukan. Slameto (2010: 105) menyatakan bahwa
perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan
pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya. Pengertian perhatian yang
lain juga dikemukakan oleh Gazali (Slameto, 2010: 56) keaktifan jiwa yang
dipertinggi, jiwa itupun sematamata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau
sekumpulan objek. Pendapat lain dikemukakan oleh Mc. Cown (Sri Rumini, 1998:
125) menyatakan bahwa 10 perhatian adalah proses untuk melakukan tindakan
terhadap informasi yang akan ditransformasikan dengan berbagai cara. Dari
beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perhatian merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang tertuju pada suatu objek atau
sekumpulan objek. Perhatian siswa dalam pembelajaran yaitu kegiatan siswa yang
dilakukan di dalam kelas yang tertuju pada pembelajaran yang sedang berlangsung
(tidak ada kegiatan lain yang dilakukan siswa).
2. Macam-macam
Perhatian
Siswa
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki perhatian yang berbeda-beda pula. Menurut Abu Ahmadi (2003:
148), perhatian dapat dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu:
a. Perhatian spontan dan disengaja
Perhatian
spontan disebut juga perhatian asli atau perhatian langsung, ialah perhatian
yang timbul dengan sendirinya oleh karena tertarik pada sesuatu dan tidak didorong oleh kemauan. Sedangkan
perhatian disengaja adalah perhatian yang timbulnya didorong oleh kemauan
karena adanya tujuan tertentu. Perhatian dengan sengaja ditujukan kepada suatu
objek.
b. Perhatian statis dan dinamis
Perhatian statis
adalah perhatian yang tetap terhadap sesuatu. Ada orang yang dapat mencurahkan perhatiannya kepada sesuatu
seolah-olah tidak berkurang kekuatannya. Dengan perhatian yang tetap itu maka
dalam waktu yang agak lama orang dapat melakukan sesuatu dengan perhatian yang
kuat. Perhatian dinamis adalah perhatian yang mudah berubah-ubah, mudah
bergerak, mudah berpindah dari objek yang satu ke objek yang lain. Supaya perhatian
terhadap sesuatu tetap kuat, maka tiap-tiap kali perlu diberi perangsang baru.
c. Perhatian konsentratif dan distributif
Perhatian
konsentratif (perhatian memusat), yaitu perhatian yang hanya ditujukan kepada
satu objek (masalah) tertentu. Perhatian distributif (perhatian terbagi-bagi).
Dengan sifat distributif ini orang dapat membagi-bagi perhatiannya kepada
beberapa arah dengan sekali jalan atau dalam waktu yang bersamaan.
d. Perhatian sempit dan luas
Orang yang
memiliki perhatian sempit dengan mudah dapat memusatkan perhatiannya kepada
suatu objek yang terbatas, sekalipun ia berada dalam lingkungan ramai. Dan lagi
orang semacam itu juga tidak mudah memindahkan perhatiannya ke objek lain,
jiwanya tidak mudah tergoda oleh keadaan
sekelilingnya. Orang yang mempunyai perhatian luas mudah sekali tertarik
oleh kejadian-kejadian di sekelilingnya.
Perhatiannya tidak dapat mengarah ke hal-hal tertentu, mudah terangsang, dan
mudah mencurahkan jiwanya kepada hal-hal yang baru.
e. Perhatian fiktif dan fluktuatif
Perhatian fiktif
(perhatian melekat) yaitu perhatian yang mudah dipusatkan pada suatu hal dan boleh dikatakan bahwa
perhatiannya dapat melekat lama pada objeknya. Orang yang bertipe perhatian
melekat biasanya teliti sekali dalam mengamati sesuatu, bagian-bagiannya dapat
ditangkap, dan apa yang dilihatnya dapat diuraikan secara objektif. Perhatian
fluktuatif (bergelombang) orang yang mempunyai perhatian tipe ini pada umumnya
dapat memperhatikan bermacam-macam hal sekaligus, tetapi kebanyakan tidak seksama.
Perhatiannya sangat subjektif sehingga
yang melekat padanya hanyalah hal-hal yang dirasa penting bagi dirinya. Menurut
Sumadi Suryabrata (2004: 14), perhatian dapat dibedakan menjadi beberapa
golongan, yaitu:
a.
Atas dasar intensitasnya
Yaitu banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin,
maka dibedakan menjadi:
1)
Perhatian intensif, dan
2)
Perhatian tidak intensif.
Semakin banyak
kesadaran yang menyertai suatu aktivitas atau pengalaman batin berarti semakin intensiflah
perhatiannya. Selain itu semakin intensif perhatian yang menyertai sesuatu
aktivitas akan makin sukses aktivitas itu.
b. Atas
dasar cara timbulnya
Yaitu perhatian
spontan (perhatian tak-sekehendak, perhatian tidak sengaja) dan perhatian sekehendak
(perhatian disengaja, perhatian refleksif).
c. Atas
dasar objek yang dikenai perhatian
Yaitu perhatian
terpancar (distributif) dan perhatian terpusat.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perhatian
Abu
Ahmadi (2003: 150) menyatakan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
perhatian, yaitu:
a. Pembawaan
Adanya pembawaan
tertentu yang berhubungan dengan objek yang direaksi, maka sedikit atau banyak
akan timbul perhatian terhadap objek tertentu.
b. Latihan dan kebiasaan
Meskipun dirasa
tidak ada bakat pembawaan tentang sesuatu bidang, tetapi karena suatu hasil
daripada latihan-latihan atau kebiasaan, dapat menyebabkan mudah timbulnya
perhatian terhadap bidang tertentu.
c. Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan dorongan, sedangkan dorongan itu mempunyai tujuan yang harus
dicurahkan kepadanya. Dengan demikian perhatian terhadap hal-hal tersebut pasti
ada, demi tercapainya suatu tujuan.
d. Kewajiban
Di dalam
kewajiban terkandung tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh orang yang
bersangkutan. Bagi orang yang bersangkutan dan menyadari atas kewajibannnya
sekaligus menyadari pula atas kewajibannya itu. Maka demi terlaksananya suatu
tugas, apa yang menjadi kewajibannya akan dijalankan dengan penuh perhatian.
e. Keadaan Jasmani
Sehat tidaknya
jasmani, segar tidaknya badan sangat mempengaruhi perhatian terhadap suatu
objek.
f. Suasana jiwa
Keadaan batin,
perasaan, fantasi dan pikiran, seperti kegaduhan, keributan, kekacauan,
temperatur, sosial ekonomi, serta keindahan dapat mempengaruhi perhatian.
g. Kuat tidaknya perangsang dari objek itu
sendiri
Jika suatu objek
memberikan perangsang yang kuat, kemungkinan perhatian terhadap objek itu besar. Sebaliknya jika
objek itu memberikan perangsang yang lemah, perhatiannya juga tidak begitu
besar.
4. Bentuk-bentuk
Perhatian
Sugihartono
(2007: 79) menyatakan bahwa perhatian siswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh karena itu, rasa ingin
tahu ini perlu mendapat rangsangan
sehingga siswa selalu memberikan perhatian terhadap materi pelajaran
yang diberikan. Agar siswa berminat dan memperhatikan materi pelajaran
yang disampaikan, guru dapat senantiasa
mendorong keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar atau dalam aktivitas
pembelajaran. Syaiful Bahri Djamarah(2011: 38) menyebutkan bahwa aktivitas
pembelajaran meliputi:
a. Mendengarkan
Setiap siswa
yang belajar di sekolah pasti mendengarkan. Ketika guru menggunakan metode
ceramah, maka setiap siswa harus mendengarkan. Dalam mendengarkan apa yang
diceramahkan guru, tidak dibenarkan adanya hal-hal yang mengganggu jalannya
ceramah. Karena hal itu dapat mengganggu perhatian siswa. Siswa yang
memperhatikan pasti berkonsentrasi mendengarkan guru yang sedang menjelaskan.
Dan tidak ada kegiatan lain yang mengganggu siswa dalam mendengarkan.
Dan bagaimanapun juga gangguan itu pasti ada dan tidak dapat dihilangkan,
tetapi dapat dikurangi.
b. Memandang
Memandang adalah
mengarahkan penglihatan ke suatu objek. Di dalam kelas, siswa memandang papan
tulis yang berisikan tulisan yang baru saja guru tulis. Tulisan yang siswa
pandang itu menimbulkan kesan dan selanjutnya tersimpan dalam otak. Siswa yang
tidak memandang apa yang guru jelaskan dalam papan tulis, maka siswa akan sulit
memahami apa yang dimaksud oleh guru. Memandang yang baik yaitu mempertahankan
kontak mata terhadap guru.
c. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
Meraba, membau
dan mencicipi merupakan aktivitas yang ditunjukkan siswa melalui indra yang
dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar. Dalam kegiatan praktik
pembelajaran, siswa yang memperhatikan dapat mengikuiti kegiatan praktik dengan
meraba, membau, dan mencicipi agar tahu maksud yang ingin disampaikan.
d. Menulis atau mencatat
Dalam pendidikan
tradisional mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan. Walaupun pada
waktu tertentu siswa harus mendengarkan isi ceramah, namun siswa tidak bisa
mengabaikan masalah mencatat hal-hal yang dianggappenting. Setiap siswa
mempunyai cara tertentu dalam mencatat. Namun tidak setiap mencatat merupakan
belajar. Mencatat yang bersifat menurut, menjiplak atau mengkopi tidak dapat
dikatakan sebagai aktivitas belajar. Mencatat
merupakan kegiatan siswa yang mempermudah siswa itu sendiri. Untuk memperoleh
hasil yang baik, maka mencatat hendaknya dengan kesadaran diri. Siswa dapat
mencatat apa yang guru sampaikan.
e. Membaca
Membaca adalah
aktivitas belajar yang paling banyak dilakukan selama belajar di sekolah bahkan
di perguruan tinggi. Jika belajar adalah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan,
maka membaca adalah jalan menuju ke pintu ilmu pengetahuan. Tanpa membaca siswa
tidak dapat dikatakan belajar. Karena belajar selalu diawali dengan membaca.
Membaca dalam hal belajar tidak hanya sekedar membaca sebuah tulisan, akan
tetapi juga mengerti maksud dari apa yang siswa baca.
f. Membuat ringkasan dan menggarisbawahi
Ringkasan dapat
membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku. Sedangkan
membaca dalam hal-hal penting perlu digarisbawahi. Bagi siswa membuat ringkasan
ialah menuliskan hal-hal penting yang dalam pembelajaran. Ringkasan yang baik
ialah yang tertulis rapi, urut, dan mudah dipahami khususnya bagi siswa yang
menulis tersebut. Jika siswa membuat ringkasan hanya menyontek ringkasan teman,
bisa terjadi siswa tidak paham akan apa
yang siswa ringkas.
g. Mengamati tabel-tabel, diagram-diagram,
dan bagan-bagan
Di dalam buku
sering dijumpai tabel-tabel, diagram-diagram, ataupun bagan-bagan. Materi non
verbal ini sangat berguna bagi siswa dalam mempelajari materi yang relevan.
Demikian pula gambar-gambar, peta-peta dan lain-lain dapat menjadi bahan
ilustratif yang membantu pemahaman siswa tentang sesuatu hal. Untuk memperjelas
suatu materi tertentu, biasanya guru menggunakan bantuan tabel, diagram atau
bagan-bagan dalam menyampaikan materi tersebut.
h. Mengingat
Ingatan adalah
kemampuan jiwa untuk memasukkan, menyimpan, dan menimbulkan kembali hal-hal
yang telah lampau. Perbuatan mengingat jelas sekali terlihat ketika siswa
sedang menghafal bahan pelajaran, berupa dalil, kaidah, pengertian, rumus dan
sebagainya. Bagi seorang siswa, untuk mata pelajaran tertentu membutuhkan
ingatan yang baik. Ingatan tidak hanya satu hari langsung hilang, akan tetapi
ingatan yang baik yaitu dapat bertahan hingga lama.
i. Berpikir
Dengan berpikir
siswa memperoleh penemuan baru, setidaknya siswa menjadi tahu tentang hubungan
antara sesuatu. Berpikir bukanlah sembarang berpikir, tetapi ada taraf
tertentu. Siswa yang dapat mengerjakan soal akan tetapi hanya menyalin jawaban
teman, maka siswa tersebut belum dapat dikatakan berfikir. Dalam berfikir siswa
dituntut jangan mudah gegabah dalam mengambil keputusan dan bersikap kritis.
Siswa juga dituntut untuk terbuka, maksudnya ialah siswa yang salah dalam
berfikir harus mau dikoreksi atau diluruskan, sehingga menjadi benar.
j. Latihan atau praktik
Belajar sambil
berbuat termasuk dalam latihan. Latihan termasuk cara yang baik untuk
memperkuat ingatan. Dengan banyak latihan kesan-kesan yang diterima lebih
fungsional. Dengan demikian, latihan dapat mendukung belajar yang optimal. Slameto
(2010: 156) menyatakan bahwa ada beberapa proses belajar, yaitu bertanya,
bertindak, mencari pemecahan, menemukan masalah, menganalisis, membuat
sintesis, berpikir, menghasilkan atau memproduksi, menyusun, menciptakan,
menerapkan, mengujikan, memberikan kritik yang bersifat konstruktif, merancang,
dan melakukan penilaian. Perhatian siswa merupakan keaktifan jiwa yang
diarahkan kepada suatu proses pembelajaran atau aktivitas belajar. Aktivitas
yang ditunjukkan di atas merupakan aktivitas belajar secara keseluruhan,
maksudnya yaitu aktivitas yang digunakan untuk semua mata pelajaran. Sedangkan
aktivitas belajar dalam pembelajaran
3. Faktor–faktor
yang mempengaruhi perhatian dikelas
Faktor yang mempengaruhi perhatian dikelas antara lain:
a. Faktor endogen/ faktor internal :
Faktor ini terdiri dari 2 faktor yaitu faktor fisiologis (Fisik) dan faktor
psikologis. Faktor Psikologis diantaranya terdapat faktor perhatian, faktor
kognitif, faktor afektif, faktor konitif dan motifasi serta faktor intelegensi.
Segala faktor yang bersumber dari
dalam diri mahasiswa, contohnya yaitu kemampuan mahasiswa, motivasi, perhatian,
persepsi, pemrosesan informasi mencakup (ingatan, lupa dan transfer)
b. Faktor Eksogen / eksternal
Faktor ini terdiri dari faktor sosial dan faktor non sosial. Segala faktor yang bersumber dari luar diri
mahasiswa, contohnya yaitu kondisi belajar dan pemberian umpan balik.
Dari pendapat lain juga menyebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi perhatian dikelas diantaranya adalah :
a. Verbalisme
b. Kekacauan makna
c. Persepsi yang tidak tepat
d. Kegemaran berangan-angan
B. Hubungan Antara Model Komunikasi Dengan Proses Belajar Mengajar di Kelas
Istilah
komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu ”Communicare” yang artinya
”memberitahukan”; ”berpartisipasi”, atau ”menjadi milik bersama”. Apabila dirumuskan
lebih luas, menurut Sudjana dan Rivai (1989) komunikasi mengandung makna
menyebarkan informasi, berita, pesan, pengetahuan, nilai-nilai dengan maksud
untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik
bersama antara penyampai pesan sebagai komunikator dan penerima pesan
sebagai komunikan.
1. Hakikat
Komunikasi
Pada
dasarnya komunikasi merupakan suatu proses, yaitu suatu proses pengoperan dan
penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna. Maksudnya bahwa makna lambang
dalam perjanjian umum, baik oleh pihak pemakai lambang (komunikator) maupun
oleh pihak penerima lambang (komunikan), diartikan sama. Dalam hubungan ini
Schramm (Sudjana dan Rivai, 1989) menjelaskan pengertian umum komunikasi ke
dalam tiga kategori pokok dengan beberapa istilah khasnya yaitu sebagai
berikut:
1.
Encode
atau
penyandi, yaitu komunikator yang mempunyai informasi atau pesan tertentu yang
disajikan dalam bentuk sandi atau code, seperti bahasa lisan, tulisan, dan
rumusan dalam lambang verbal (verbal symbol), atau lambang visual (visual
symbol).
2.
Sign
atau
signal, yaitu pesan, berita, atau pernyataan tertentu yang ditujukan kepada dan
diterima oleh seseorang atau kelompok orang penerima. Pesan itu dapat
dilukiskan dalam bentuk gerak-tangan, mimik, kata-kata lisan atau tulisan,
rumusan, gambar, foto, grafik, peta, diagram, dan lain-lain.
3.
Decoders, yaitu komunikan yang
menerima pesan. Makna decoder adalah pemecah sandi, sebab pesan yang
disajikan oleh komunikator dalam bentuk sandi atau lambang itu harus dapat
dipecahkan, dipahami, dihayati, disimak, dan dimengerti betul makna isinya
Berikut adalah
gambaran gambaran proses komunikasi yang sederhana, menurut Schramm
terdiri dari kategori pokok, sebagaimana dikemukakan di atas. Untuk lebih
jelasnya gambar berikut ini menunjukkan proses komunikasi
1. Proses Komunikasi
Komunikasi
sebagai suatu proses dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses primer dan
proses sekunder. Proses primer adalah proses komunikasi langsung. Artinya,
proses komunikasi yang berlangsung tanpa media massa yang dapat melipatgandakan
jumlah penerima pesan. Di dalam proses primer ini komunikasi dapat berbentuk
bahasa, gerakan-gerakan yang mempunyai makna khusus, dan aba-aba. Sedangkan
komunikasi dalam proses sekunder, yaitu komunikasi yang berlangsung dengan
bantuan mekanisme yang dapat melipatgandakan jumlah penerima pesan, atau
ditujukan guna mengatasi pelbagai macam hambatan fisik yang akan merintangi
berlangsungnya proses komunikasi primer. Misalnya untuk mengatasi hambatan
geografis, proses komunikasi sekunder ini dilaksanakan dengan melalui radio,
televisi, dan bahkan satelit komunikasi dengan stasiun buminya. Sementara untuk
mengatasi hambatan waktu dapat diatasi dengan mempergunakan media pita suara,
pringan hitam, video cassete, dan buku untuk dapat berkomunikasi dengan
generasi berikutnya (Sudjana dan Rivai, 1989).
Berdasarkan
kedua proses komunikasi tersebut, maka terdapat bentuk-bentuk komunikasi.
Paling tidak terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan
komunikasi nonverbal. Dari kedua bentuk komunikasi tersebut, komunikasi verbal
lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian,
komunikasi nonverbal mempunyai peran yang sangat penting, karena kejelasan
makna yang disampaikan dalam komunikasi verbal seringkali diperoleh melalui
penggunaan komunikasi nonverbal. Misalnya dalam penyampaian berita kepada
penerima agar lebih jelas bagi penerimanya seringkali dipergunakan gerakan
tangan, ekspresi muka, intonasi dalam mengucapkan kata-kata tertentu. Dengan
kata lain, komunikasi verbal akan lebih efektif dan efisien pemakaiannya
apabila disertai dengan penggunaan komunikasi nonverbal. Bentuk paling umum
dari komunikasi manusia adalah saat seseorang berbicara pada orang lain. Dalam
hal ini elemen yang terpenting dalam komunikasi adalah pengirim dan penerima.
Menurut
Azies dan Alwasilah (1996) aktivitas manusia yang berkomunikasi merupakan
fenomena yang rumit dan terus-menerus berubah. Ada beberapa ciri yang dapat
ditemui pada komunikasi antara dua orang atau lebih terlibat dalam suatu
komunikasi, mereka dari pihak pembicara melakukan komunikasi karena beberapa
alasan.
1.
Mereka ingin mengatakan sesuatu. Maksudnya, dalam sebagian
besar komunikasi, orang mempunyai pilihan apakah dia akan berbicara atau tidak.
2.
Mereka memiliki tujuan komunikatif. Pembicara mengatakan
sesuatu karena menginginkan sesuatu terjadi sebagai akibat dari apa yang mereka
katakan. Apakah dia ingin merayu, mengajak, menolak, atau memuji mitra bicara?
3.
Mereka memilih kode dari bahasa yang dimiliki. Untuk mencapai
tujuan komunikasinya, mereka dapat memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan
tersebut.
Sedangkan
mereka dari pihak pendengar melakukan komunikasi karena alasan-alasan berikut
ini.
1.
Mereka ingin mendengarkan ”sesuatu”. Kata ”ingin” digunakan
di sini karena pendengar mempunyai pilihan, apakah dia mau mendengarkan pidato
atau tidak, walaupun dalam kasus-kasus tertentu mereka dapat dipaksa untuk
mendengarkan atau terpaksa mendengarkan.
2.
Mereka tertarik dengan tujuan komunikatif dari apa yang
sedang dikatakan. Pada umumnya, mendengarkan sesuatu terjadi karena tertarik
untuk mengetahui apa yang akan disampaikan si pembicara.
3.
Mereka memproses beraneka ragam bahasa/kata. Pada umumnya,
pendengar harus memproses berbagai kapasitas bahasa yang dikuasai untuk dapat
memahami apa yang dikatakan atau dimaksudkan si pembicara.
Kapan
pun komunikasi terjadi selalu ada pembicara (dan/atau penulis) dan pendengar
(dan/atau pembaca). Hal ini terjadi, sekalipun novelis sedang menulis naskah,
karena penulis mengasumsikan akan ada pembaca pada masa mendatang dan pembaca
akan berkomunikasi pada saat membaca karyanya. Bagan berikut ini memberikan
kesimpulan dari uraian di atas.
Komunikasi
merupakan aktivitas manusia. Melalui komunikasi, manusia dapat berinteraksi
satu sama lain dalam menjalani kehidupan sehari-harinya baik di rumah, dengan
tetangga, di tempat bekerja, di pasar, atau dimana saja. Sejak kapan manusia
saling berinteraksi? Dilihat dari riwayat perkembangan komunikasi antarmanusia
menurut Nasution (2001) adalah sama panjangnya dengan sejarah kehidupan manusia
itu sendiri. Alasannya karena sejak manusia ada, maka sejak itulah mereka
saling berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Bagi manusia, komunikasi
merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupannya, karena itu sejak awal manusia
berupaya agar di antara mereka dapat terjadi saling berkomunikasi. Untuk
keperluan itu, maka manusia berusaha terus menciptakan dan mengembangkan
berbagai sarana yang memungkinkan mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok tersebut.
Lebih
lanjut Nordenstreng dan Varis (Nasution, 2001) mengemukakan bahwa ada empat
faktor penentu yang pertama dalam sejarah komunikasi manusia. Keempat faktor
penentu yang dimaksud adalah sebagai berikut ini.
1.
Perolehan (acquisition) bahasa, yaitu pada saat yang
sama dengan lahirnya umat manusia. Dengan kemampuan berbahasalah manusia dapat
berkomunikasi dengan sesamanya.
2.
Perkembangan seni tulisan sejalan dengan komunikasi lisan.
Setelah manusia menemukan cara menuliskan dan alat menulis, maka komunikasi
yang selama ini dilakukan dengan bahasa lisan kemudian dikembangkan bahasa
tulisan.
3.
Reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan
menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa
yang sebenarnya.
4.
Munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, radio,
televisi, hingga satelit.
Terkait
dengan pendapat di atas, untuk sampai kepada perkembangan komunikasi seperti
keadaan yang terjadi di era ini, riwayatnya cukup panjang, yang disederhanakan
oleh Bell (Nasution, 2001) dengan sebutan empat revolusi yang terjadi dalam hal
manusia berkomunikasi satu sama lainnya. Keempat revolusi dalam bidang
komunikasi tersebut adalah (1) dalam hal berbicara, (2) ditemukannya tulisan,
(3) penemuan percetakan, dan (4) dalam hal hubungan jarak jauh
(telekomunikasi).
Kemampuan
manusia dalam berkomunikasi antara seseorang dengan orang lain merupakan suatu
komponen yang harus ada dalam kelengkapan atribut-atribut yang memungkinkan
kelompok-kelompok manusia dapat bekerja sama dan bertahan hidup serta
berkembang. Dapat dibayangkan betapa mustahilnya manusia dapat berkomunikasi
satu sama lain, jika kemampuan berbicara tidak dimilikinya.
Perkembangan
penting berikutnya dalam bidang komunikasi adalah ditemukannya tulisan. Menurut
Parker (Nasution, 2001) yang dikutif dari ahli komunikasi, menyatakan bahwa
kemampuan menulis inilah yang memungkinkan terpeliharanya struktur sosial di
wilayah-wilayah kecil di Mesir kuno pada zaman tersebut. Lalu dengan
ditemukannya papyrus (asal mula kertas tempat menulis) dan alat
transportasi perahu, maka perintah di masa itu dapat memelihara integritas
masyarakat sepanjang Lembah Nil. Bahkan di masa kerajaan seperti Romawi pada
zamannya tidak akan mampu memelihara wilayah kekuasaan seluas itu, andaikata
ketika itu tidak ada komunikasi tertulis dan sarana jalan yang menunjangnya.
Percetakan,
kemudian meningkatkan cara-cara dan kemudahan manusia untuk saling
berkomunikasi dan menyampaikan sesuatu. Potensi yang dimiliki percetakan inilah
menurut analisi Bell (1979) yang memungkinkan terjalinnya masyarakat
industrial. Percetakan telah terbukti berfungsi sebagai basis bagi menyebarnya
kemampuan melek huruf dan merupakan fondasi untuk terselenggaranya aktivitas
pendidikan secara massa. Bukan kebetulan teknologi percetakan merupakan faktor
kunci menuju terjadinya Renaissance dan Revolusi Industri Parker (Nasution,
2001).
Selanjutnya,
perkembangan komunikasi seperti sekarang ini, yaitu dengan ditemukannya
berbagai sarana yang memungkinkan manusia berkomunikasi satu sama lainnya tanpa
harus terhalang oleh faktor-faktor jarak, kecepatan bahkan waktu. Kemajuan
teknologi yang kita alami dewasa ini seringkali disebut sebagai masa teknologi
elektronik. Penamaan ini tentunya berkaitan dengan kenyataan bahwa sebagian
terbesar kemampuan berkomunikasi yang ditawarkan oleh teknologi saat ini memang
dimungkinkan oleh bantuan peralatan elektronik.
Kemajuan
teknologi komunikasi yang dicapai sekarang ini, serta yang sedang diolah
pengembangannya oleh para ahli dan kaum industrialis, pada hakikatnya hanya
mungkin terjadi berkat ditemukannya beberapa inovasi sebelumnya
2. Model Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar
Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses belajar
mengajar (PBM) merupakan suatu bentuk komunikasi yaitu komunikasi antara subyek
didik dengan pendidik, antara mahasiswa dengan dosen, antara siswa dengan
guru”. Di dalam komunikasi tersebut terdapat pembentukan (transform) dan
pengalihan (transfer) pengetahuan, keterampilan ataupun sikap dan nilai dari
komunikator (pendidik, dosen, guru) kepada komunikan (subyek didik, mahasiswa,
siswa) sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
A. Unsur-unsur
komunikasi menurut Harold Lasswell :
1. Komunikator (Source, Sender)
2. Pesan (Message)
3. Media (Channel)
4. Komunikan (Receiver)
5. Efek (Effect, Influence)
Pada saat ini masih banyak didapati di
berbagai institusi pendidikan, pelatihan, termasuk di Perguruan tinggi, yang
dalam mengajar masih konvensional. Dalam arti, pengajar (baik guru atau dosen)
mengajar secara alami sesuai dengan bakat mengajar yang dimiliki. Ada juga
guru/dosen yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah
menjadi guru atau dosennya. Kenyataan diatas akan menimbulkan beberapa
persoalan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Tipe pertama misalnya, akan
menimbulkan masalah bagi dosen/guru yang tidak mempunyai bakat mengajar atau
mempunyai keterbatasan dalam menyampaikan pesan secara lisan, adapun untuk tipe
kedua, jika tidak hati-hati, dosen/guru cenderung akan meniru gaya orang yang
diidolakannya, tanpa melihat sisi kelemahannya.
Dalam penyampaian materi perkuliahan kepada
peserta didik/audien, ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan,
diantaranya adalah peserta didik, ruangan kelas, metode dan materi itu sendiri.
Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada suatu perkuliahan,
metode pembelajaran dan komunikasi harus mendapat perhatian khusus dalam setiap
proses pembelajaran. Metode pembelajaran dan komunikasi tidak selalu harus sama
untuk setiap materi.
Proses belajar (learning) adalah suatu perubahan yang relatif tetap dalam
persediaan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil pengalaman. Ini berarti,
hanya dapat dikatakan terjadi proses belajar bila seseorang menunjukkan tingkah
laku yang tidak sama. Jika ia dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta
baru atau ia bisa melakukan sesuatu, yang sebelumnya ia tidak dapat
melakukannya. Jadi, proses belajar menempatkan seseorang dari status kemampuan
atau kecakapan (ability) yang satu kepada kemampuan/kecakapan yang lain.
Pengajar
yang baik seharusnya memahami karakteristik siswanya agar ia sukses dalam
melaksanakan peran mengajarnya. Dalam proses belajar mengajar kemungkinan akan
menemui mahasiswa yang sulit untuk melakukan kontak dengan dunia sekitarnya,
suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri. Dalam kaitan dengan hal ini,
maka dosen/guru hendaknya merencanakan proses belajar mengajar yang sesuai
dengan keadaan dan kepribadian mahasiswa. Belajar mengajar sebagai proses
(process), pada hakikatnya mengandung tiga unsur yaitu adanya input (bahan
mentah yang akan diolah), process (kegiatan mengolah input) dan output (hasil
yang telah diolah). Suatu proses dipandang baik apabila kualitas output lebih
baik dari pada input. Input proses belajar mengajar adalah mahasiswa sebelum
perkuliahan. Proses belajar mengajar adalah interaksi antara komponen-komponen
belajar mengajar yaitu tujuan, bahan, metode dosen, mahasiswa, fasilitas dan
penilaian. Output dari proses belajar mengajar yaitu peserta didik (mahasiswa)
setelah menerima perkuliahan.
Komunikasi
merupakan suatu yang sangat pokok dalam setiap hubungan orang-orang, begitu
pula dalam suatu organisasi terjadinya komunikasi tentunya ada tujuan yang
ingin dicapai. Hal sesuai dengan pendapat Maman Ukas mengemukakan tujuan
komunikasi sebagai berikut :
1. menentapkan dan menyebarkan maksud dari pada suatu
usaha
2. mengembangkan rencana-rencana untuk mencapai tujuan
3. mengorganisasikan sumber-sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya seperti efektif dan efisien
4. memilih, mengembangkan, menilai anggota organisasi
5. memimpin, mengarahkan, memotivasi dan
menciptakan suatu iklim kerja di mana setiap orang mau memberikan kontribusi.
Dalam prosesnya bahwa komunikasi merupakan
suatu proses social untuk mentranmisikan atau menyampaikan perasaan atau
informasi baik yang berupa ide-ide atau gagasan-gagasan dalam rangka
mempengaruhi orang lain. Agar komunikasi berjalan efektif, komunikator
hendaknya mampu mengatur aliran pemberitaan ke tiga arah, yakni ke bawah, ke
atas, ke samping atau mendatar. Bagi setiap orang atau kelompok dalam
organisasi hendaknya mungkin untuk berkomunikasi dengan setiap orang atau
kelompok lain, dan untuk menenrima respon sikap, itu diminta oleh komuniktor.
Menurut Marsetio Donosepoetro mengemukakan bahwa dalam proses komunikasi ada
beberapa ketentuan, antara lain :
1.
Karena
komunikasi mempunyai suatu maksud, maka suatu messege atau stimulus selalu
ditujukan kepada sekumpulan orang tertentu. Ini disebut penerima yang tertentu.
2.
Komunikator
berkeinginan menimbulkan suatu respon kepada penerima yang sesuai dengan maksud
yang dibawakan oleh messege atau stimulus tertentu
3.
Suatu
komunikasi dinyatakan berhasil jika respon yang timbul pada penerima, sesuai
dengan maksud komunikasi.
Dalam melaksanakan suatu program pendidikan
aktivitas menyebarkan, menyampaikan gagasan-gagasan dan maksud-maksud ke
seluruh struktur organisasi sangat penting. Proses komunikasi dalam
menyampaikan suatu tujuan lebih dari pada sekedar menyalurkan pikiran-pikiran
atau gagasan-gagasan dan maksud-maksud secara lisan atau tertulis. Komunikasi
secara lisan pada umumnya lebih mendatangkan hasil dan pengertian yang jelas
dari pada secara tertulis. Demikian pula komunikasi secara informal dan secara
formal mendatangkan hasil yang berbeda pengaruh dan kejelasannya. Terjadinya
proses komunikasi dalam organisasi atau lembaga itu bisa terjadi secara formal
maupun secara informal, sebagai mana menurut Oteng Sutisna mengemukan bahwa “Komunikasi
formal terjadi, dalam memilih informasi untuk keperluan pelaporan, penyimpangan
bias dengan mudah menyelinap. Selanjutnya biasanya orang ingin mendengar
laporan-laporan yang menyenangkan. Akibatnya
ialah sering pemindahan informasi yang diperindah atau dibiaskan.” Dalam
struktur komunikasi harus adanya suatu jaminan informasi dan pikiran-pikiran
akan mengalir bebas ke semua arah yang diperlukan, baik itu ke bawah, ke atas,
dann ke samping. Satu saluran komunikasi formal tertentu atau lebih ke dan dari
setiap personal atau anggota adalah perlu. Saluran-saluran itu hendaknya perlu
dipahami oleh setiap anggota. Garis-garis komunikasi hendaknya dibuat sependek
dan selangsung mungkin. Hendaknya mungkin bagi semua anggota untuk bertindak
sebagai sumber komunikasi maupun sebagai penerima. Selanjutnya menurut Maman
Ukas bahwa “Komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak resmi dan
terjadinya pada saat organisasi saling bertukar pikiran, saran ide, atau
informasi secara pribadi.” Komunikasi informal ini tentunya dengan cara
melakukan pendekatan secara kekeluargaan atau hubungan sosial tidak secara
formal. Menurut Oteng Sutisna bahwa “Sistem komunikasi informal menyalurkan
informasi dan pikiran-pikiran penting yang tak terpikirkan orang untuk
disalurkan secara formal, memupuk ikatan dan persahabatan yang membantu bagi
hubungan-hubungan insani yang baik.”
Jika
komunikator menaruh perhatian kepada saluran-saluran komunikasi informal, ia
akan mengetahui kepentingan dan perhatian personil serta sikap mereka terhadap
organisasi dan masalah-masalahnya, lagi pula komunikasi informal itu membawa
kepada putusan-putusan yang dibuat di antara orang-orang pada tahap organisasi
yang sama. Dalam kegiatan suatu organisasi atau lembaga khusunya dalam hal
pengelolaan pendidikan tentunya tidak terlepas dengan komunikasi. Oleh sebab
itu suatu proses pendidikan akan berhasil apabilla terjadinya suatu proses
komunikasi yang baik dan sesuai dengan harapan, di mana gagasan-gagasan atau
ide dibahas dalam suatu musyawarah antara komunikator dengan komunikan,
sehingga terjadi pemahaman tentang informasi atau segala sesuatu hal menjadi
pokok dari pembahasan untuk mengarah pada kesepakatan dan kesatuan dalam
pendapat. Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi
tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar
tanpa adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan
komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang menyebabkan
terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat berlangsung.
Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.
Dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam 2 macam komunikasi, yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator menyampaikan informasi atau ide terhadap halayaknya atau komunikan sebagai penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi.
B. Hakikat
dan proses komunikasi :
1.
Komunikasi
berasal dari kata latin “communicare” yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan
2.
Komunikasi
adalah proses merubah perilaku orang lain.
C. Komunikasi
interpersonal dalam kegiatan proses belajar mengajar
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi
antara dosen dengan mahasiswa atau antara mahasiswa dengan mahasiswa.
Keeefektifan komunikasi tersebut tergantung dari kedua belah pihak, namun,
karena dosen yang memegang kendali maka tanggungjawab terjadinya komunikasi
interpersonal yang sehat dan efektif terletak di tangan dosen.
D. Komponen
keterampilan berkomunikasi interpersonal
Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan mahasiswa,
kemampuan ini berkaitan dengan penciptaan iklim yang positif dalam kegiatan
belajar, yang memungkinkan mahasiswa mau mengungkapkan perasaan atau masalah
yang dihadapinya tanpa merasa dipaksa. Kemampuan menjelaskan perasaan yang
diungkapkan mahasiswa. Bila mahasiswa sudah bebas mengungkapkan
perasaan/masalah yang dihadapinya, tugas dosen kini adalah membantu mahasiswa
untuk mengklarifikasi ungkapan perasaan tersebut.
E. Teknik
komunikasi dalam proses belajar mengajar
Menurut Uchyana(1984), teknik komunikasi terdiri atas :
1.
Komunikasi
informatif (informatif communication)
Suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau
sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya
2.
Komunikasi
persuasif (persuasive communication)
Proses mempengaruhi sikap, pandangan atau perilaku
seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk, mengajak, sehingga ia melakukan
dengan kesadaran sendiri.
3.
Komunikasi
instruktif/koersif (instructive/coersive
communication)
Komunikasi yang mengandung ancaman, sangsi dan lain-lain
yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran melakukan
sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya.
F. Macam-macam
Komunikasi dalam Pembelajaran
1.
Secara Langsung
Seorang guru/dosen memberikan pelajaran secara langsung
dengan bertatap muka dengan para siswa dalam suatu ruangan ataupun di luar
ruangan dalam konteks pembelajaran. Seperti yang terjadi di sekitar kita mulai
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.
Secara Tidak Langsung
Guru/dosen dapat memberikan suatu pembelajaran melalui
suatu media tanpa harus bertatap muka secara langsung dengan siswa. Dan
siswapun dapat memperoleh informasi secara luas melalui media tersebut. Seperti
model sekolah jarak jauh yaitu memanfaatkan media internet sebagai alat untuk
pembelajaran.
G. Komunikasi
dengan media
Selain untuk menyajikan pesan, sebenarnya ada beberapa
fungsi lain yang dapat dilakukan oleh media. Namun jarang sekali ditemukan
seluruh fungsi tersebut dipenuhi oleh media komunikasi dalam suatu sistem
pembelajaran. Sebaliknya suatu program media tunggal seringkali dapat mencakup
beberapa fungsi sekaligus. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :
1.
Memberikan
pengetahuan tentang tujuan belajar
Pada permulaan pembelajaran, siswa perlu diberi tahu
tentang pengetahuan yang akan diperolehnya atau ketrampilan yang akan
dipelajarinya. Kepada siswa harus dipertunjukkan apa yang diharapkan darinya,
apa yang harus dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia telah menguasai
bahan pelajaran dan tingkat kesulitan yang diharapkan. Untuk pembelajaran
khususnya yang menampilkan gerak dapat mempertunjukkan kinerja (performance)
yang harus dipelajari siswa. Dengan demikian dapat menjadi model perilaku yang
diharapkan dapat dipertunjukkannya pada akhir pembelajaran.
2.
Memotivasi
siswa
Salah satu peran yang umum dari media komunikasi adalah
memotivasi siswa. Tanpa motivasi, sangat mungkin pembelajaran tidak
menghasilkan belajar. Usaha untuk memotivasi siswa seringkali dilakukan dengan
menggambarkan sejelas mangkin keadaan di masa depan, dimana siswa perlu
menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Jika siswa menjadi yakin
tentang relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya di masa depan, ia akan
termotivasi mengikuti pembelajaran. Media yang sesuai untuk menggambarkan
keadaan masa depan adalah media yang dapat menunjukkan sesuatu atau
menceritakan (tell) hal tersebut. Bila teknik bermain peran digunakan (seperti
lawak atau drama), pengalaman yang dirasakan siswa akan lebih kuat. Film juga
seringkali diproduksi dan digunakan untuk tujuan motivasi dengan cara yang
lebih alami.
3.
Menyajikan
informasi
Media seperti film dan televisi dapat digunakan untuk
menyajikan informasi. Guru kelas bebas dari tugas mempersiapkan dan menyajikan
pelajaran, ia dapat menggunakan energinya kepada fungsi-fungsi yang lain
seperti merencanakan kegiatan siswa, mendiagnosa masalah siswa, memberikan
konseling secara individual. Ada tiga jenis variasi penyajian informasi:
a. Penyajian dasar (basic)
a. Penyajian dasar (basic)
Membawa siswa kepada pengenalan pertama terhadap materi
pembelajaran, kemudian dilanjutkan dengan diskusi, kegiatan siswa atau review
oleh guru kelas
b. Penyajian
pelengkap (supplementary)
Setelah penyajian dasar dilakukan oleh guru kelas, media
digunakan untuk membawa sumber-sumber tambahan ke dalarn kelas, melakukan apa
yang tidak dapat dilakukan di kelas dengan cara apapun
c. Penyajian
pengayaan (enrichment)
Merupakan informasi yang tidak merupakan bagian dari
tujuan pembelajaran, didiadakan karena memiliki nilai motivasi dan dapat
mencapai perubahan sikap dalam diri siswa.
4.
Merangsang
diskusi
Kegunaan media untuk merangsang diskusi seringkali
disebut sebagai papan loncat, diambil dari bentuk penyajian yang relatif
singkat kepada sekelompok siswa dan dilanjutkan dengan diskusi. Format media
biasanya menyajikan masalah atau pertanyaan, seringkali melalui drama atau
contoh pengalaman manusia yang spesifik. Penyajian dibiarkan terbuka
(open-end), tidak ada penarikan kesimpulan atau saran pemecahan masalah.
Kesimpulan atau jawaban diharapkan muncul dari siswa sendiri dalam interaksinya
dengan pemimpin atau dengan sesamanya. Penyajian media diharapkan dapat
merangsang pemikiran, membuka masalah, menyajikan latar belakang informasi dan
memberikan fokus diskusi.
5.
Mengarahkan
kegiatan siswa
Pengarahan kegiatan merupakan penerapan dari metode
pembelajaran yang disebut metode kinerja (performance) atau metode penerapan
(application). Penekanan dari metode ini adalah pada kegiatan melakukan
(doing). Media dapat digunakan secara singkat atau sebentar – sebentar untuk
mengajak siswa mulai dan berhenti. Dengan kata lain program media digunakan
untuk mengarahkan siswa dilakukan kegiatan langkah demi langkah (step-by-step).
Penyajian bervariasi, mulai dari pembelajaran sederhana untuk kegiatan siswa,
seperti tugas pekerjaan rumah sampai pengarahan langkah demi langkah untuk
percobaan laboratorium yang kompleks. Permainan merupakan metode pembelajaran
yang sangat disukai khususnya bagi siswa sekolah menengah, memiliki nilai
motivasional yang tinggi, melibatkan siswa lebih baik daripada metode
pembelajaran yang lain.
6.
Menguatkan
belajar
Penguatan seringkali disamakan dengan motivasi, atau
digolongkan dalam motivasi. Penguatan adalah kepuasan yang dihasilkan dari
belajar, dimana cenderung meningkatkan kemungkinan siswa merespon dengan
tingkah laku yang diharapkan. Penguatan paling efektif diberikan beberapa saat
setelah respon diberikan. Suatu program media menyajikan pertanyaan kepada
siswa, kemudian siswa menyusun jawabannya atau memilih dari beberapa kemungkinan
jawaban. Setelah siswa menentukan jawabannya, ia sangat termotivasi untuk
segera mengetahui jawaban yang benar. Jika siswa mengetahui bahwa jawabannya
benar, maka ia dikuatkan. Bahkan jika siswa tahu jawabannya salah, namun jika
ditunjukkan seberapa dekat jawabannya mendekati kebenaran, maka hal tersebut
juga merupakan penguatan. Media apapun yang dapat digunakan untuk menyajikan
informasi juga mampu menyajikan pertanyaan dan merangsang siswa untuk menjawab.
Media apapun yang mampu melakukan fungsi ini, ia juga dirancang untuk
memberikan jawaban benar terhadap pertanyaan kognitif, segera setelah siswa
diberi kesempatan menjawab, sehingga dimungkinkan untuk membandingkan dan
memperoleh pengetahuan tentang hasil sesegera mungkin.
Agus Suheri (2006:1) menyebutkan bahwa Lembaga Riset dan
Penerbitan Komputer, yaitu Computer Technology Research (CTR) menemukan bahwa
”orang hanya mampu mengingat 20 % dari apa yang dilihat dan 30 % dari yang
didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50 % dari yang dilihat dan didengar dan
80 % dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.
Komunikasi yang jelas dalam sebuah pembelajaran adalah
salah satu syarat pembelajaran dapat berlangsung efektif. Jadi bila kita ingin
menjadi guru yang efektif, marilah kita bersama-sama memperbaiki kemampuan kita
berkomunikasi kepada siswa-siswa kita pada setiap pembelajaran yang kita
laksanakan. Ada beberapa komponen dalam komunikasi pembelajaran yang efektif,
yaitu:
1. Penggunaan terminologi yang tepat
1. Penggunaan terminologi yang tepat
2. Presentasi yang sinambung dan runtut
3. Sinyal transisi atau perpindahan topik bahasan
4. Tekanan pada bagian-bagian penting pembelajaran
5. Kesesuaian antara tingkah laku komunikasi
verbal dengan tingkah laku komunikasi nonverbal.
C. Objek yang termasuk kategori media sebagai aplikasi dari pengertian media
Banyak
cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan
karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol
pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok,
yaitu: suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh)
klasifikasi media, yaitu:
1. media audio visual gerak, seperti: film bersuara, pita video,
film pada televisi, Televisi, dan animasi
2. media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, halaman
suara, dan sound slide.
3. audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
4. media visual bergerak, seperti: film bisu.
5. media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone,
slide bisu.
6. media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
7. media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Lebih
lanjut Schramm, mengelompokkan media dengan membedakan antara media rumit mahal
(big media) dan media sederhana murah (little media). Kategori big
media, antara lain: komputer, film, slide, progran video. Sedangkan little
media antara lain: gambar, realia sederhana, sketsa.. Sedangkan Klasek
(1997) membagi media pembelajaran sebagai berikut: 1) media visual, 2) media
audio, 3) media “display”, 4) pengalaman nyata dan simulasi, 5) media cetak, 6)
belajar terprogram, 7) pembelajaran melalui komputer atau sering dikenal
Program Computer Aided Instruction (CAI). Secara lebih rinci Anderson (1997)
mengelompokan media berikut ini:
Kelompok Media
|
Contoh Media
|
|
1.
|
Audio
|
pita audio (rol atau kaset)
piringan audio
radio (rekaman siaran)
|
2.
|
Cetak
|
buku teks terprogram
buku pegangan/manual
buku tugas
|
3.
|
Audio – Cetak
|
buku latihan dilengkapi
kaset
gambar/poster (dilengkapi
audio)
|
4.
|
Proyek Visual Diam
|
film bingkai (slide)
film rangkai (berisi pesan
verbal)
|
5.
|
Proyek Visual Diam dengan
Audio
|
film bingkai (slide) suara
film rangkai suara
|
6.
|
Visual Gerak
|
film bisu dengan judul
(caption)
|
7.
|
Visual Gerak dengan Audio
|
film suara
video/vcd/dvd
|
8.
|
Benda
|
benda nyata
model tirual (mock up)
|
9.
|
Komputer
|
media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted
Instructional) & CMI (Computer Managed Instructiona
|
Beberapa
pendapat tentang pengelompokan media di atas, menunjukan keberagaman media. Hal
ini bernilai positif untuk memberikan pilihan secara selektif kepada guru untuk
menggunakan media sesuai dengan tujuan pembelajaran, materi dan kondisi
psikologis siswa. Namun demikian, dari beberapa pengelompokan tersebut dapat
kita simpulkan bahwa media terdiri atas :
1. Media
visual : yaitu media yang hanya dapat dilihat, yang termasuk kelompok
visual, seperti foto, gambar, poster, grafik, kartun, liflet, buklet, torso,
film bisu, model 3 dimensi seperti diorama dan mokeup.
2. Media
Audio : adalah media yang hanya dapat didengar saja, seperti kaset audio,
radio, MP3 Player, iPod.
3. Media
Audio Visual : yaitu media yang dapat dilihat sekaligus dapat didengar,
seperti film bersuara, video, televisi, sound slide,
4. Multimedia
: adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara lengkap seperti
suara, animasi, video, grafis dan film. Multimedia sering diidentikan dengan
komputer, internet dan pembelajaran berbasis komputer (CBI).
5. Media
Realia : yaitu semua media nyata yang ada dilingkungan alam, baik digunakan
dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan, seperti tumbuhan, batuan, binatang,
insektarium, herbarium, air, sawah dan sebagainya.
Secara
sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran memiliki
nilai-nilai praktis sebagai berikut:
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang
dimiliki para siswa.
2. Media yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya.
4. Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan
siswa.
5. Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat
menanamkan konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.
6. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik
untuk belajar.
8. Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh
dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke rumit.
Berdasarkan beberapa nilai praktis tersebut maka dikembangkan
media dalam suatu konsepsi teknologi pembelajaran yang memiliki ciri: (a)
berorientasi pada sasaran (target oriented), (b) menerapkan konsep pendekatan
sistem, dan (c) memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi. Sehingga
aplikasi media dan teknologi pendidikan, bisa merealisasikan suatu konsep “teaching
less learning more”. Artinya secara fisik bisa saja kegiatan guru di kelas
dikurangi, karena ada sebagian tugas guru yang didelegasikan pada media, namun
tetap mendorong tercapainya hasil belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar