2.1
Pengertian dari Kegiatan Belajar
Mengajar
Kegiatan
belajar mengajar pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu:
a.
Belajar
Pengertian belajar menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengelolaan pemahaman.
Pengertian
belajar menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan
sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
b.
Mengajar
Pengertian mengajar menurut Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian
kegiatan penyampaian bahwa pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan
bahan pelajaran tersebut.
Pengertian mengajar menurut Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar adalah a way working
with students. A process of interaction, the teacher does something tostudent, the
students do something in retern. Dari definisi tersebut tergambar bahwa mengajar adalah sebuah
cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama
aktif melakukan kegiatan.
Contoh:
(1)
Semula
sari belum menulis huruf a sampai dengan z, dan setelah satu caturwulan di SD
ia dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dengan baik, benar, dan lancar.
(2)
Bonita
belum dapat berjalan sendiri, maklum karena umurnya baru sepuluh bulan. Berapa
bulan kemudian ia sudah dapat berjalan dengan sempurna.
Contoh (1) dikatakan belajar karena perubahan
perilaku dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis hanya dapat terjadi
melalui proses belajar. Sedangkan pada contoh (2) perubahan perilaku dari belum
bisa berjalan hingga bisa berjalan itu disebabkan oleh proses pertumbuhan.
Guru bukanlah satu-satunya sumber
belajar. Namun harus diakui pula bahwa tugas dan fungsi guru dalam kegiatan
belajar-mengajar masih sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan, karena
sebagian kecil fungsi-fungsi guru dapat digantikan oleh sumber belajar yang
lain yaitu fungsinya dalam menyalurkan pesan.
2.2
Peranan Media pada Tahap Pra Intruksional
Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sering pula disebut dengan
pra-instruksional. Fungsi kegiatan tersebut utamanya adalah untuk menciptakan
awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan baik.
Pada tahap pelajaran atau awal
kegiatan belajar-mengajar (pra-instruksional) guru seringkali mengalami
kesulitan dalam mengarahkan perhatian, minat atau motivasi siswa terhadap pokok
bahasan yang sesaat lagi akan dipelajari. Keadaan tersebut akan semakin terasa
sulit apabila guru itu menginginkan kegiatan pengajarannya sebagai suatu proses
yang mengundang peran serta siswa secara aktif atau yang mendorong terjadinya
interaksi instruksional.
Interaksi instruksional adalah interaksi
yang terjadi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa dan antara
siswa dengan sumber belajar lainnya yang menghasilkan perubahan pada
aspek-aspek tertentu pada diri siswa seperti aspek intelektual, keterampilan
psikomotorik, interaktif, kognitif, dan afektif.
Media-media pembelajaran seperti realita,
poster, dan rekaman audio dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mencari lebih
banyak informasi dari sumber belajar lain di dalam dan di luar sekolah. Upaya
tersebut bisanya ditempuh siswa guna memenuhi rasa ingin tahunya tentang pokok
bahasannya yang relevan dengan media yang ia gunakan. Namun besar kecilnya
peranan media tahap ini sangat tergantung pada kemauannya dan kreativitas guru
dalam menciptakan dan mengkodisikan lingkungan yang dibutuhkan. Lingkungan yang
mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dan yang mampu mengembangkan interaksi
instruksional di kelas. Dalam kondisi yang demikian pengetahuan, kemampuan dan
wawasan guru terhadap gambar dan visualisasi yang disukai siswa SD akan sangat
membantu guru dalam memilih media yang tepat.
Uraian di atas menjelaskan bahwa gambar
termasuk media sederhana yang dapat digunakan dengan baik di SD. Sebab gambar
itu:
a. Disukai siswa
b. Murah harganya
c. Tak sulit mencarinya
Molenda (1989) menyarankan pada kita supaya dapat
membedakan:
1. Gambar yang disukai orang karena mereka suka
melihatnya dan menikmatinya,
2. Gambar yang dapat membantu proses belajar dengan
baik.
Kebanyakkan orang lebih suka pada gambar
berwarna. Namun ditinjau dari sudut efektivitas belajar, ternyata tidak ada
perbedaan yang berarti antara hasil belajar dari gambar berwarna atau gambar
hitam putih. Kecuali kalau warna itu merupakan bagian esensial dari topic yang
dipelajari.
Sungguhpun siswa-siswa yang lebih besar
dan orang-orang yang dewasa lebih menyukai gambar yang rinci, namun demikian
ternyata visualisasi yang sederhana biasanya lebih efektif bagi orang dari
semua lapisan umur.
2.3
Peranan Media pada Tahap Penyajian
Pelajaran
Kegiatan inti atau intruksional dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai
tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah
ditetapkan. Proses kegiatan inti dalam pembelajaran akan menggambarkan tentang
penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses
pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti pembelajaran merupakan
implementasi strategi dan pendekatan belajar.
Masalah yang banyak dihadapi oleh guru
adalah berhubungan dengan bagaimana mengikat perhatian siswa selama pelajaran
berlangsung, dan bagaimana cara membantu siswa mengingatkan kembali akan
pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Media seperti
transparasi, papan tulis, atau lembar balik (flip chart) dapat dipakai untuk
menyajikan garis-garis besar permasalahan atau pokok bahasan yang akan
dipelajari. Dengan demikian sejak awal siswa memperoleh gambaran tentang isi
pelajaran ia bisa mempersiapkan konsep yang diperlukan. Bagan (chart) bisa
digunakan untuk membantu siswa memahami hubungan antara konsep yang sedang
dipelajari dengan konsep yang dipeajari sebelumnya. Dengan demikian siswa
dengan mudah dan dalam waktu singkat dapat melihat hubungan isi pelajaran yang
sekarang dan sebelumnya.
Rekaman video dan film dapat digunakan
untuk menyajikan bagian-bagian dari suatu proses dan prosedur secara utuh
sehingga memudahkan siswa dalam mengamati, dan menirukan langkah-langkah suatu
prosedur yang dipelajari. Misalnya memahami perkembangan metamorphosis. Rekaman
pita audio dan video bisa menyajikan model ucapan dan percakapan yang perlu
ditiru siswa secara berulang-ulang tanpa distorsi.
Dengan menggunakan berbagai jenis media
seperti di atas siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang
benar. Sedang guru diharapkan dapat mengikat perhatian siswa selama pelajaran
berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan
dan keterampilan yang dipelajari. Dengan demikian pada tahap penyajian pelajaran
kehadiran dan peranan berbagai jenis media, baik sebagai alat bantu maupun
sebagai media pengajaran diharapkan bermanfaat bagi pendidikan di dalam dan di
luar sekolah.
2.4
Peranan Media Untuk Mengundang Partisipasi Aktif Siswa
Tujuan mengajar di kelas bukan
semata-mata transformasi pengetahuan, namun sebagai upaya pendidikan untuk
menghasilkan manusia seutuhnya. Oleh karena itu guru harus memeperhatikan hasil
belajar yang langsung maupun tidak langsung. Hasil belajar yang langsung ialah
hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Sedangkan hasil belajar tidak langsung dapat dinyatakan dalam bentuk
kemandirian, sikap sosial, daya kreatif siswa dan
kemampuan siswa untuk bersaing secara sehat.
Selain daripada itu menurut
prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar-mengajar apapun, yang harus
aktif adalah siswa. Karena itu guru harus berusaha menumbuhkan peran aktif
siswa dalam pelajaran yang diberikannya. Namun upaya mengundang peran serta
aktif ini sering kali terhambat oleh:
1.
Cara dan kemauan guru dalam mengelola kelas.
2.
Keadaan pribadi siswa seperti pemalu, tidak
cukup keberanian, kurang
gagasan,
dan takut gagal
Dalam hal ini media-media seperti gambar, poster, model, realia,
dan lain-lain dapat membantu mengatasi hambatan tersebut di atas. Media
tersebut dapat digunakan untuk merangsang diskusi di antara guru dengan siswa
dan antara siswa dengan siswa, serta dapat membantu menemukan gagasan untuk
mengawali kegiatan mengarang, bercerita, dan kegiatan kerja kelompok, serta
dapat dipakai sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk melengkapi atau
memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas.
Media pembelajaran merupakan wahana
dalam menyampaikan informasi/pesan pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media
pada proses belajar mengajar, diharapkan membantu guru dalam meningkatkan
pemahaman belajar siswa. Oleh karena itu, guru seharusnya menghadirkan media
dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
Media pembelajaran adalah alat,
metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah. Pada umumnya ketika guru membelajarkan siswa di kelasnya, masih banyak
dijumpai penerapan strategi mengajar yang tidak
serasi, yaitu tidak diberdaya gunakan alat serta sumber belajar yang optimal.
Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga guru masih
dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang demikian
sudah barang tentu kurang menarik bagi siswa karena hanya menempatkannya
sebagai objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses
belajar mengajar.
Kemampuan berhitung merupakan salah
satu bagian dari kemampuan Matematika, sebab salah satu prasyarat untuk belajar
Matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena
itu antara Matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya
dalam proses belajar mengajar guru-guru sering mengeluh karena siswa lamban dan
kurang terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah.
Secara umum pelajaran Matematika merupakan
salah satu pelajaran yang kurang menarik bagi siswa bahkan siswa berasumsi
bahwa pelajaran Matematika itu sulit sehingga menjadi momok bagi sebagian siswa
yang akhirnya berpengaruh pada interaksi proses belajar mengajar.
Seperti
Penulis ketahui juga bahwa mempelajari Matematika tidak boleh
terpenggal-penggal karena Matematika itu, akan berhubungan dengan setiap
bagiannya.
Keterampilan berhitung penjumlahan
di sekolah dasar merupakan kemampuan dasar untuk menyelesaikan
persoalan-persoalan lebih lanjut, maka sangatlah tepat jika mendapat perhatian
sejak awal. Adanya kecenderungan proses pembelajaran Matematika yang terpusat pada
guru juga berdampak pada penurunan hasil belajar siswa. Dengan keterbatasan
media atau alat peraga merupakan salah satu penyebab. Sehingga pembelajaran
lebih bersifat searah dan membosankan. Oleh karena itu, tidak mengherankan
apabila rata-rata nilai pelajaran matematika pada siswa sangat rendah.
Sehubungan dengan rendahnya hasil
belajar bertalian erat dengan substansi materi berhitung yang cenderung
hafalan. Terkait dengan itu diperlukan peran media pembelajaran untuk
menjembatani kesenjangan pemahaman materi berhitung dengan fenomena dilapangan,
sehingga siswa mampu mempelajari materi berhitung tanpa ada perasaan takut dan
tertekan. Salah satu yang dapat dimanfaatkan media gambar sebagai alat bantu
untuk memperjelas bahan ajar yang disajikan dalam pembelajaran Matematika. Maka
dapat dimungkinkan pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran Matematika akan
meningkatkan pemahaman berhitung siswa.
2.5
Peranan Media Pada Tahap Tindak Lanjut
Tahap tindak lanjut yaitu bagian
dari kegiatan belajar-mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk
mencoba, menerapkan berbagai pengetahuan atau prosedur yang baru dipelajari.
Kesempatan tersebut dapat diberikan dalam bentuk latihan, tugas terstruktur,
atau tugas mandiri sesuai pilihannya.
Siswa yang lambat belajar
dibandingkan dengan teman-temannya dapat dikenai program remediasi, ditambah
latihan tentang pelajaran yang baru saja dipelajarinya.
Kegiatan remediasi akan lebih mudah
dilaksankan bila di sekolah terdapat cukup banyak media yang dapat digunakan
untuk keperluan belajar individual. Model, globe, dan peta, pita audio dan
video adalah contoh-contoh media yang cukup efektif untuk keperluan pengulangan
remediasi atau pengulangan.
Untuk keperluan latihan dan
pengayaan siswa dapat diberi tugas membuat kliping dari Koran atau majalah.
Siswa dapat juga ditugaskan mengumpulkan gambar, foto berbagai binatang dari
kelompok sejenis. Tugas lain yang menarik adalah membuat laporan hasil
pengamatan di lapangan atau di laboratorium. Siswa dapat juga diberi tugas
mencari berita atau informasi tentang seorang tokoh yang disenangi anak-anak,
atau tentang upacara tradisional yang masih berlaku di lingkungan keluarganya,
tentang makanan bergizi, dan sebagainya. Berita tersebut kemudian ditulis dalam
bentuk karangan singkat, selanjutnya dapat dipajang dikoran dinding atau dalam
bentuk cerita yang disajikan di depan teman-teman sekelasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar