Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 28 April 2015

Media dan Kegiatan Belajar Mengajar

2.1              Pengertian dari Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar pada dasarnya terdiri dari dua kegiatan pokok, yaitu:
a.       Belajar
Pengertian belajar menurut Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau  psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Pengertian belajar menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
b.      Mengajar
Pengertian mengajar menurut Arifin (1978) mendefinisikan bahwa mengajar adalah suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahwa pelajaran kepada murid agar dapat menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran tersebut.
Pengertian mengajar menurut Tyson dan Caroll (1970) mengemukakan bahwa mengajar adalah a way working with students. A process of interaction, the teacher does something tostudent, the students do something in retern. Dari definisi tersebut tergambar bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara siswa dan guru yang sama-sama aktif melakukan kegiatan.
Contoh:
(1)   Semula sari belum menulis huruf a sampai dengan z, dan setelah satu caturwulan di SD ia dapat menuliskan huruf-huruf tersebut dengan baik, benar, dan lancar.
(2)   Bonita belum dapat berjalan sendiri, maklum karena umurnya baru sepuluh bulan. Berapa bulan kemudian ia sudah dapat berjalan dengan sempurna.
Contoh (1) dikatakan belajar karena perubahan perilaku dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis hanya dapat terjadi melalui proses belajar. Sedangkan pada contoh (2) perubahan perilaku dari belum bisa berjalan hingga bisa berjalan itu disebabkan oleh proses pertumbuhan.
          
  Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individual dengan lingkungannya, bukan karena proses kedewasaan, serta terlepas dari ada atau tidaknya kegiatan mengajar.
            Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Namun harus diakui pula bahwa tugas dan fungsi guru dalam kegiatan belajar-mengajar masih sangat penting dan tidak dapat ditinggalkan, karena sebagian kecil fungsi-fungsi guru dapat digantikan oleh sumber belajar yang lain yaitu fungsinya dalam menyalurkan pesan.

2.2              Peranan Media pada Tahap Pra Intruksional
            Kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran sering pula disebut dengan pra-instruksional. Fungsi kegiatan tersebut utamanya adalah untuk menciptakan awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
            Pada tahap pelajaran atau awal kegiatan belajar-mengajar (pra-instruksional) guru seringkali mengalami kesulitan dalam mengarahkan perhatian, minat atau motivasi siswa terhadap pokok bahasan yang sesaat lagi akan dipelajari. Keadaan tersebut akan semakin terasa sulit apabila guru itu menginginkan kegiatan pengajarannya sebagai suatu proses yang mengundang peran serta siswa secara aktif atau yang mendorong terjadinya interaksi instruksional.
      Interaksi instruksional adalah interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya yang menghasilkan perubahan pada aspek-aspek tertentu pada diri siswa seperti aspek intelektual, keterampilan psikomotorik, interaktif, kognitif, dan afektif.
      Media-media pembelajaran seperti realita, poster, dan rekaman audio dapat menumbuhkan motivasi siswa untuk mencari lebih banyak informasi dari sumber belajar lain di dalam dan di luar sekolah. Upaya tersebut bisanya ditempuh siswa guna memenuhi rasa ingin tahunya tentang pokok bahasannya yang relevan dengan media yang ia gunakan. Namun besar kecilnya peranan media tahap ini sangat tergantung pada kemauannya dan kreativitas guru dalam menciptakan dan mengkodisikan lingkungan yang dibutuhkan. Lingkungan yang mampu merangsang rasa ingin tahu siswa dan yang mampu mengembangkan interaksi instruksional di kelas. Dalam kondisi yang demikian pengetahuan, kemampuan dan wawasan guru terhadap gambar dan visualisasi yang disukai siswa SD akan sangat membantu guru dalam memilih media yang tepat.
      Uraian di atas menjelaskan bahwa gambar termasuk media sederhana yang dapat digunakan dengan baik di SD. Sebab gambar itu:
            a. Disukai siswa
            b. Murah harganya
            c. Tak sulit mencarinya
            Molenda (1989) menyarankan pada kita supaya dapat membedakan:
1.    Gambar yang disukai orang karena mereka suka melihatnya dan menikmatinya,
2.    Gambar yang dapat membantu proses belajar dengan baik.
     Kebanyakkan orang lebih suka pada gambar berwarna. Namun ditinjau dari sudut efektivitas belajar, ternyata tidak ada perbedaan yang berarti antara hasil belajar dari gambar berwarna atau gambar hitam putih. Kecuali kalau warna itu merupakan bagian esensial dari topic yang dipelajari.
       Sungguhpun siswa-siswa yang lebih besar dan orang-orang yang dewasa lebih menyukai gambar yang rinci, namun demikian ternyata visualisasi yang sederhana biasanya lebih efektif bagi orang dari semua lapisan umur.

2.3              Peranan Media pada Tahap Penyajian Pelajaran
       Kegiatan inti  atau intruksional dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah ditetapkan. Proses kegiatan inti dalam pembelajaran akan menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.
       Masalah yang banyak dihadapi oleh guru adalah berhubungan dengan bagaimana mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung, dan bagaimana cara membantu siswa mengingatkan kembali akan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya. Media seperti transparasi, papan tulis, atau lembar balik (flip chart) dapat dipakai untuk menyajikan garis-garis besar permasalahan atau pokok bahasan yang akan dipelajari. Dengan demikian sejak awal siswa memperoleh gambaran tentang isi pelajaran ia bisa mempersiapkan konsep yang diperlukan. Bagan (chart) bisa digunakan untuk membantu siswa memahami hubungan antara konsep yang sedang dipelajari dengan konsep yang dipeajari sebelumnya. Dengan demikian siswa dengan mudah dan dalam waktu singkat dapat melihat hubungan isi pelajaran yang sekarang dan sebelumnya.
       Rekaman video dan film dapat digunakan untuk menyajikan bagian-bagian dari suatu proses dan prosedur secara utuh sehingga memudahkan siswa dalam mengamati, dan menirukan langkah-langkah suatu prosedur yang dipelajari. Misalnya memahami perkembangan metamorphosis. Rekaman pita audio dan video bisa menyajikan model ucapan dan percakapan yang perlu ditiru siswa secara berulang-ulang tanpa distorsi.
       Dengan menggunakan berbagai jenis media seperti di atas siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi dan pemahaman yang benar. Sedang guru diharapkan dapat mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung dan membantunya mengingat kembali dengan mudah berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Dengan demikian pada tahap penyajian pelajaran kehadiran dan peranan berbagai jenis media, baik sebagai alat bantu maupun sebagai media pengajaran diharapkan bermanfaat bagi pendidikan di dalam dan di luar sekolah.

2.4              Peranan Media Untuk Mengundang Partisipasi Aktif Siswa
            Tujuan mengajar di kelas bukan semata-mata transformasi pengetahuan, namun sebagai upaya pendidikan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Oleh karena itu guru harus memeperhatikan hasil belajar yang langsung maupun tidak langsung. Hasil belajar yang langsung ialah hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Sedangkan hasil belajar tidak langsung dapat dinyatakan dalam bentuk kemandirian, sikap sosial, daya kreatif siswa dan kemampuan siswa untuk bersaing secara sehat.
            Selain daripada itu menurut prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar-mengajar apapun, yang harus aktif adalah siswa. Karena itu guru harus berusaha menumbuhkan peran aktif siswa dalam pelajaran yang diberikannya. Namun upaya mengundang peran serta aktif ini sering kali terhambat oleh:
1.        Cara dan kemauan guru dalam mengelola kelas.
2.        Keadaan pribadi siswa seperti pemalu, tidak cukup keberanian, kurang
gagasan, dan takut gagal
            Dalam hal ini media-media seperti gambar, poster, model, realia, dan lain-lain dapat membantu mengatasi hambatan tersebut di atas. Media tersebut dapat digunakan untuk merangsang diskusi di antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa, serta dapat membantu menemukan gagasan untuk mengawali kegiatan mengarang, bercerita, dan kegiatan kerja kelompok, serta dapat dipakai sebagai sumber kegiatan belajar mandiri untuk melengkapi atau memperkaya pengetahuan yang dipelajari di kelas.
            Media pembelajaran merupakan wahana dalam menyampaikan informasi/pesan pembelajaran pada siswa. Dengan adanya media pada proses belajar mengajar, diharapkan membantu guru dalam meningkatkan pemahaman belajar siswa. Oleh karena itu, guru seharusnya menghadirkan media dalam setiap proses pembelajaran demi tercapainya tujuan yang hendak dicapai.
            Media pembelajaran adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada umumnya ketika guru membelajarkan siswa di kelasnya, masih banyak dijumpai penerapan strategi mengajar yang tidak serasi, yaitu tidak diberdaya gunakan alat serta sumber belajar yang optimal. Proses belajar mengajar menjadi terpusat pada guru, sehingga guru masih dianggap satu-satunya sumber ilmu yang utama. Proses pembelajaran yang demikian sudah barang tentu kurang menarik bagi siswa karena hanya menempatkannya sebagai objek saja, bukan sebagai subjek mempunyai keterlibatan dalam proses belajar mengajar.
            Kemampuan berhitung merupakan salah satu bagian dari kemampuan Matematika, sebab salah satu prasyarat untuk belajar Matematika adalah belajar berhitung yang keduanya saling mendukung. Oleh karena itu antara Matematika dan berhitung tidak dapat dipisahkan. Pada kenyataannya dalam proses belajar mengajar guru-guru sering mengeluh karena siswa lamban dan kurang terampil dalam menyelesaikan perhitungan dari suatu pemecahan masalah.
Secara umum pelajaran Matematika merupakan salah satu pelajaran yang kurang menarik bagi siswa bahkan siswa berasumsi bahwa pelajaran Matematika itu sulit sehingga menjadi momok bagi sebagian siswa yang akhirnya berpengaruh pada interaksi proses belajar mengajar.
Seperti Penulis ketahui juga bahwa mempelajari Matematika tidak boleh terpenggal-penggal karena Matematika itu, akan berhubungan dengan setiap bagiannya.
            Keterampilan berhitung penjumlahan di sekolah dasar merupakan kemampuan dasar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan lebih lanjut, maka sangatlah tepat jika mendapat perhatian sejak awal. Adanya kecenderungan proses pembelajaran Matematika yang terpusat pada guru juga berdampak pada penurunan hasil belajar siswa. Dengan keterbatasan media atau alat peraga merupakan salah satu penyebab. Sehingga pembelajaran lebih bersifat searah dan membosankan. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila rata-rata nilai pelajaran matematika pada siswa sangat rendah.
            Sehubungan dengan rendahnya hasil belajar bertalian erat dengan substansi materi berhitung yang cenderung hafalan. Terkait dengan itu diperlukan peran media pembelajaran untuk menjembatani kesenjangan pemahaman materi berhitung dengan fenomena dilapangan, sehingga siswa mampu mempelajari materi berhitung tanpa ada perasaan takut dan tertekan. Salah satu yang dapat dimanfaatkan media gambar sebagai alat bantu untuk memperjelas bahan ajar yang disajikan dalam pembelajaran Matematika. Maka dapat dimungkinkan pemanfaatan media gambar dalam pembelajaran Matematika akan meningkatkan pemahaman berhitung siswa.
2.5              Peranan Media Pada Tahap Tindak Lanjut
            Tahap tindak lanjut yaitu bagian dari kegiatan belajar-mengajar yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba, menerapkan berbagai pengetahuan atau prosedur yang baru dipelajari. Kesempatan tersebut dapat diberikan dalam bentuk latihan, tugas terstruktur, atau tugas mandiri sesuai pilihannya.
            Siswa yang lambat belajar dibandingkan dengan teman-temannya dapat dikenai program remediasi, ditambah latihan tentang pelajaran yang baru saja dipelajarinya.
            Kegiatan remediasi akan lebih mudah dilaksankan bila di sekolah terdapat cukup banyak media yang dapat digunakan untuk keperluan belajar individual. Model, globe, dan peta, pita audio dan video adalah contoh-contoh media yang cukup efektif untuk keperluan pengulangan remediasi atau pengulangan.
            Untuk keperluan latihan dan pengayaan siswa dapat diberi tugas membuat kliping dari Koran atau majalah. Siswa dapat juga ditugaskan mengumpulkan gambar, foto berbagai binatang dari kelompok sejenis. Tugas lain yang menarik adalah membuat laporan hasil pengamatan di lapangan atau di laboratorium. Siswa dapat juga diberi tugas mencari berita atau informasi tentang seorang tokoh yang disenangi anak-anak, atau tentang upacara tradisional yang masih berlaku di lingkungan keluarganya, tentang makanan bergizi, dan sebagainya. Berita tersebut kemudian ditulis dalam bentuk karangan singkat, selanjutnya dapat dipajang dikoran dinding atau dalam bentuk cerita yang disajikan di depan teman-teman sekelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
 
Efek Blog